ANEKA TIKET DAN VOUCHER HOTEL

28 April 2007

IPDN-STPDN, Jejak Kekerasan jangan sampai Dilupakan !



Saya tidak ingin bolak-balik membahas fenomena IPDN-STPDN, namun ditinjau dari segi manapun, IPDN sudah sangat layak dibubarkan. IPDN sudah memiliki waktu lebih dari cukup untuk berubah namun masih tidak berubah.

Sebagian besar komentar yang ada pada posting sebelumnya sudah menggambarkan "kemurkaan" masyarakat pada IPDN. Komentar tersebut bisa dipahami jika kita mau sebentar saja melihat rekaman video asli IPDN. Silakan lihat di Youtube pada link berikut ini. Baca juga berita dari MetroTV mengenai formalin yang disuntikkan ke jenazah Cliff Muntu untuk menghilangkan jejak luka.

Ada beberapa komentar yang menyayangkan mengapa sebagian besar dari kita terkesan selalu memandang negatif IPDN dalam menyikapi masalah IPDN. Silakan baca disini dan disini. Padahal, letak permasalahannya bukan pada komentar masyarakat namun pada sikap dan tingkah laku IPDN sendiri yang merusak nama baik mereka. Ada juga yang menyayangkan mengapa kita terus menerus membahas kasus IPDN padahal banyak masalah negeri ini yang tak kunjung selesai. Inilah masalahnya, kita tidak pernah belajar dari masalah dan tidak pernah mau langsung menuntaskan masalah. Masalah yang satu ditutup oleh masalah lain dengan alasan, "masih banyak kok masalah lainnya".

Mungkin benar bahwa banyak mahasiswa IPDN yang baik-baik, yang tidak terlibat sama sekali pada masalah kematian Cliff, tapi mengapa mereka diam saja ? Ingat, kejadian tewasnya praja bukan hanya sekali dua kali. Mustahil mahasiswa civitas academica di IPDN tidak tahu. Tidak tahu atau menutup mata ?

Apa alasan sesungguhnya sehingga rektor merasa perlu berbohong bahwa kematian Cliff Muntu karena sakit lever ?

Mungkin data dosen Inu Kencana tidak sepenuhnya benar, namun soal penyiksaan memang terbukti. Mahasiswa IPDN mungkin memandang bahwa perbuatan memukul dada atau menendang juniornya sebagai sesuatu yang biasa, tapi jika dilihat dari rekaman, pukulan itu bukan pukulan sekedarnya.

Soal rekaman, mengapa rekaman 2003 yang diributkan ? Karena sangat sulit mendapatkan kisah nyata kejadian di IPDN kecuali kebetulan.

Kalaupun IPDN merasa sudah berubah dan sudah berikrar untuk berubah, apakah kejadian yang sama pasti tidak akan berulang ? Apa hubungannya sekolah calon pamong dengan pukul memukul ? Apakah kekuatan fisik selalu diukur dengan pukulan&tendangan
Maaf saja, sudah luntur dan hilang respek saya terhadap IPDN. Penghentian penerimaan praja untuk masa 1 tahun mungkin cukup bagi shock terapy, namun bayang-bayang penyiksaan mahasiswa IPDN akan terus melekat dalam pikiran. Sulit menghapus stigma dan bayangan burukmengenai IPDN.

Sayang sekali bagi mahasiswa IPDN yang baik-baik dan tidak bermasalah yang menjadi korban terbesar dari kebodohan rekan-rekannya yang masih mengagungkan kekerasan. Selain simpati pada korban, simpati juga saya alamatkan pada mereka. Mari teman, katakan tidak pada kekerasan. Anda mampuuntukitu.

Pesan buat masyarakat, jangan mudah lupa dan percaya pada berita bahwa kasus ini diselesaikan. Buktinya, kasus kematian Wahyu Hidayat saja masih begini kelanjutannya

www.vavay.com

Tidak ada komentar: