1. Pengertian antropologi
Menurut Ralph Linton (1936), Antropologi adalah studi tentang manusia dan pekerjaannya. Sedangkan metode ilmiah dapat diartikan sebagai cara dalam rangka ilmu tersebut untuk sampai pada kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah, suatu ilmu pengetahuan sebenarnya bukan suatu ilmu melainkan suatu himpunan pengetahuan saja. Kesatuan pengetahuan itu bisa di capai oleh para sarjana dalam ilmu yang bersangkutan melalui tiga tingkat, yaitu : (1) pengumpulan fakta; (2) penetuan ciri- ciri umum dan sistem; (3) verifikasi.
2. Metode yang cocok dalam antropologi
Metode secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu cara untuk melakukan sesuatu kegiatan, melalui pengertian secara harfiah tersebut dapat diambil suatu penerjemahan singkat terhadap arti dari metode itu sendiri. Metode dapat dipergunakan dalam segala aspek kegiatan manusia baik secara individu maupun kelompok, salah satunya adalah penggunaan metode dalam suatu penelitian dan hal ini merupakan suatu hal yang tidak bisa dipungkiri lagi karena tanpa mengerti apa sesungguhnya metode yang dipergunakan dalam suatu bentuk penelitian maka penelitian tersebut dapat dikategorikan sebagi suatu penelitian yang gagal.
Antropologi adalah suatu cabang dari bentuk besar ilmu pengetahuan, antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan tata cara kehidupan serta proses perjalanan manusia itu sendiri. Antropologi sendiri tidak hanya berbicara tentang hal yang berkaitan dengan “budaya”, antropologi juga berbicara mengenai topik fisik manusia.
Dalam dunia akademis antropologi dikenal metode penelitian observasi partisipasi, yang apabila disederhanakan akan menjadi dua buah kalimat, yaitu observasi yang berasal dari kata observer yang berarti pengamatan secara tekun sedangkan partisipasi berarti sebagai suatu proses usaha ikut serta atau mengikutkan diri dalam suatu kegiatan, dari dua telaah linguis yang disebutkan tersebut dapat dikatakan bahwa metode observasi partisipasi adalah metode yang menekankan bagi diri peneliti untuk melakukan pengamatan secara tekun dimana peneliti melibatkan atau meleburkan diri pada permasalahan penelitian yang dilakukan.
Dalam dunia akademis antropologi dikenal metode penelitian observasi partisipasi, yang apabila disederhanakan akan menjadi dua buah kalimat, yaitu observasi yang berasal dari kata observer yang berarti pengamatan secara tekun sedangkan partisipasi berarti sebagai suatu proses usaha ikut serta atau mengikutkan diri dalam suatu kegiatan, dari dua telaah linguis yang disebutkan tersebut dapat dikatakan bahwa metode observasi partisipasi adalah metode yang menekankan bagi diri peneliti untuk melakukan pengamatan secara tekun dimana peneliti melibatkan atau meleburkan diri pada permasalahan penelitian yang dilakukan.
Metode observasi partisipasi merupakan hal mutlak yang harus dilakukan oleh seorang antropolog dalam melakukan kegiatan etnografi, namun ada pendapat yang menyebutkan bahwa metode observasi partisipasi terbagi atas tiga bagian, metode observasi sebagai dasar dari partisipasi yang akan dilakukan nantinya dalam penelitian memegang peranan vital. Sebelum melakukan penelitian pada lapangan penelitian, seorang peneliti dalam hal ini antropolog harus terlebih dahulu melakukan observasi terlebih dahulu agar proses pemetaan terhadap lokasi, masyarakat, lingkungan, waktu dapat menjadi konstruksi dasar dalam melakukan penelitian.
Metode observasi atau pra-penelitian sangatlah penting dilakukan sebelum peneliti benar-benar turun kelapangan penelitian. Observasi partisipasi dapat mengakibatkan ambiguitas peran peneliti, hal ini disebabkan dalam observasi partisipasi, peneliti memerankan diri sebagai orang luar (outsider) yang akan meleburkan diri pada lingkungan setempat (insider). Sebagai outsider, peneliti harus terlebih dahulu menanggalkan segala atribut agar diterima sebagai insider namun konsepsi terhadap insider dan outsider berlaku bagi kedua pihak.
Kesatuan pengetahuan dapat dicapai melalui tiga tingkat yaitu pengumpulan fakta, penentuan cirri-ciri umum dan system, dan verifikasi. Pengumpulan Fakta. Untuk antropologi , tingkat ini adlah pengumpulan fakta mengenai kejadian dan gejala masyarakat dan kebudayaan untuk pengolahan secara ilmiah. Terdiri dari berbagai metode mengobservasi, mencatat, mengolah dan melukiskan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat yang hidup. Untuk antropologi budaya, penelitian lapangan merupakan cara yang terpenting untuk mengumpulkan fakta-fakta. Di samping itu, penelitian perpustakaan juga penting, sedangkan penelitian di laboratorium hamper tidak berarti sama sekali.
Dalam penelitian di lapangan, peneliti datang langsung ke dalam suatu masyarakat untuk mendapatkan keterangan tentang gejala kehidupan manusia dalm masyarakat iru.seorang peneliti antropologi terutama mempergunakan metode-metode pengumpulan data yang bersifat kualitatif dan metode-metode itu terutama berupa wawancara yang hasilnya berupa field notes. Field notes agar dapat dimengerti dan dipahami banyak orang harus diubah menjdi suatu deskripsi.
Kedua, penentuan cirri-ciri umum dan sistem. Hal ini adalah tingkat dalam cara berpikir ilmiah yang bertujuan untuk menentukan ciri-ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Tingkat dalam proses berpikir secara ilmiah dalam rangka ilmu antropologi in menimbulkan metode-metode yang hendak mencari ciri-ciri yang sama, yang bukan umum, dalam anekawarna fakta dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan umat manusia. Metode komparatif , mempergunakan metode-metode verifikasi yang bersifat kualitatif..
Dari penilaian saya, metode penelitian yang paling cocok menurut saya adalah metode deskriptif. Dalam penelitian lapangan peneliti terjun langsung dalam masyarakat untuk mengobservasi kehidupan masyarakat. Selain itu dia juga mendapat bahan penelitian dari warga masyarakat itu sendiri. Hasil dari semua pengamatannya tadi harus diubah menjadi sedemikian rupa sehingga mampu digunakan oleh orang lain yang juga interess terhadap prmaslahan tersebut. Bahan-bahan tersebut dapt diolah sehingga dapat digunakan untuk berbagai kepentinagn ataupun dipahami oleh masyarakat umu secara keseluruhan. Oleh karena itu, bahan-bahan yang ada harus diubah oleh peneliti menjadi suatu deskripsi. Sang peneliti harus sudah melakukan suatu abstraksi tingkat pertama dari bahannya ke dalam pernyataan–pernyataan deskriptif dalam karangannya.
Metode deskriptif ini mencakup aspek yang luas. Keseluruhan jumlah metode pengumpulan bahan kongkret tentang suatu masyarakat yang hidup, sampai kepada metode untuk mengolah bahan tadi menjadi karangan yang dapat dibaca orang lain, merupakan bidang deskriptif antropologi yang disebut dengan etnografi. Etnografi ini sendiri merupakan deskripsi tentang bangsa-bangsa dan ilmu ini merupakan jenis karangan yang terpenting yang mengandung bahan pokok dari pengolahan dan analisa antropologi. Dari ulasan diatas saya lebih mersa cocok dengan menggunakan metode deskriptif .
*artikel ini disarikan dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar