Apakah cukup sampai di sini ………….?????
Melihat sebuah pergerakan mahasiswa, ternyata pergerakan mahasiswa telah dapat mengubah wajah bangsa ini. Dari mulai tahun 1922 adalah pergerakan “ awal “ kemerdekaan “ versi “ mahasiswa, yang saat itu di motori oleh Hatta semasa kuliah di Handelshogeshool. Pada tahun 1965 – 1966 angktan ’66, gerakan mahasiswa yang ikut mendirikan Orde Baru mengangkat isu komunis. Dan gerakan mahasiswa yang ” terakhir ” sampai saat ini adalah Gerakan Reformasi.
Dalam lingkup fakultas, ternyata pergerakan mahasiswa FISE telah dapat menggulung komersialisasi fasilitas yang melanda FISE. Tentu saja hal tersebut merupakan sebuah prestasi ” kecil ” apabila dibandingkan dengan pergerakan mahasiswa di atas. Namun, yang menjadi persoalannya bukanlah pada ” besar atau kecilnya ”, tetapi lebih kepada ruh pergerakan itu sendiri, yang ternyata masih bersinar di hati para aktivis FISE. Akan tetapi, cukupkah gerakan mahasiswa FISE hanya cukup untuk menentang komersialisasi fasilitas saja ? Apakah hanya cukup di situ. Padahal masih banyak hal yang perlu ” di kritisi ” dalam fakultas. Apakah para aktivis FISE sudah merasa cukup bangga hanya dengan dapat menggunakan ruang Ki Hajar Dewantara secara gratis ? Bukankah perjuangan mahasiswa tidak hanya berorientasi pada satu kepentingan saja, akan tetapi ruh – ruh pergerakan seharusnya mempunyai kepentingan yang lebih luas. Bukan untuk kepentingan segelintir orang saja. Gerakan mahasiswa haruslah memperjuangankan kepentingan masyarakat. Dalam hal ini adalah masyarakat kampus, dari para mahsiswanya, dosen, hingga cleaning service. Pernahkah kita mempertanyakan gaji seorang tukang sapu ?
Pergerakan mahasiswa tidak akan mempunyai suatu ” batas ”. Indikator pergerakan dengan kepentingan yang ” sempit ” adalah apabila kepentingan yang di perjuangkan sudah di dapat, setelah itu berhenti. Sebagai ” agent of change ” tidak pantas apabila perjuangan kita hanya berorientasi pada gratisnya fasilitas. Kita memang harus menentang komersialisasi fasilitas, dan akan lebih baik lagi apabila kita turut mengkritisi kebijakan – kebijakan fakultas yang lain.
Agenda terdekat FISE saat ini adalah Pemilihan Dekan. Sosok Dekan merupakan sosok sentral dalam lingkup fakultas. Kebijakan – kebijakan yang ada di fakultas sebagian besar ” di pengaruhi ” oleh Dekan. Untuk itulah kita harus mempertanyakan sampai sejauh mana ” suara ” mahasiswa dalam pemilihan Dekan tersebut, karena sebagian besar kebijakan fakultas berimbas pada para mahasiswa.
Menjadi pertanyaan mendasar saat ini adalah, beranikah para mahasiswa FISE untuk terus ” bergerak ” ........???? Karena orang yang tenggelam bukan karena tidak dapat berenang, namun karena tidak bergerak.
Ditulis oleh Triyanto ” Mekel ”, SOSPOL BEM FISE UNY.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar